Jumat, 22 Januari 2016

Teori kepemimpinan, teori bakat, teori perilaku dan teori kontemporer



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunian-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan.
            Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran “Leadership” dari Dosen Pembimbing “Dr. H. Hidayat, MM.,M.Pd” di Universitas Wijaya Putra Surabaya
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik  di masa mendatang, dan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.













Surabaya, 07 Oktober 2015







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR   ……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI   …………………………………………………………………………….. ii

TEORI KEPEMIMPINAN    …………..………………………………………………… 1
TEORI BAKAT     ………..……………..………………………………………………… 7
TEORI PERILAKU    ……………………………..…………………………………….. 13
TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER   ……………………………………… 20

KESIMPULAN    …………………………………………………………..…………….. 23       
DAFTAR PUSTAKA   …………………………………………………………………... 24


















KEPEMIMPINAN, PIMPINAN DAN PEMIMPIN

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Pimpinan adalah jabatan atau posisi seseorang di dalam sebuah organisasi baik organisasi formal maupun organisai non formal.
Pimpinan adalah otoritas tertinggi dalam satu komunitas/kelompok, dari segi hirarki organisasi, pimpinan biasanya lebih memiliki wewenang yang lebih tinggi, kata "pimpinan "dalam perusahaan mungkin lebih bisa diartikan sebagai direktur, komisaris atau sepadannya yang membawahi beberapa manajer.
Pemimpin adalah orang – orang yang menentukan tujuan, motivasi dan tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin dapat bersifat resmi ( formal ) dan tidak resmi ( non formal ). Pemimpin resmi diangkat atas dasar surat keputusan resmi dari oarng yang mengangkatnya dan biasanya mendapat gaji, sedangkan pemimpin tidak resmi diangkat tanpa surat keputusan dan biasnya tanpa gaji. Seseorang dapat diangkat sebagai pemimpin karena mempunyai kelebihan dari anggota lainnya. Kelebihan itu ada yang berasal dari dalam dirinya dan ada pula yang berasal dari luar dirinya. Kelebihan dari dalam dirinya ia memiliki bakat sebagai pemimpin dan memiliki sifat-sifat pemimpin yang efefktif. Kelebihan dari luar diri karena ia dikenal dan hubungan baik dengan yang sedang berkuasa, punya banyak teman, dari keturunan orang yang kaya atau turunan bangsawan atau penguasa.



Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti :
1.      Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan.
2.      Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.
Fungsi pokok kepemimpinan ada 5 yaitu :
1.   Fungsi Instruktif. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa isi perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya, dan dimana tempat mengerjakan perintah, agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2.   Fungsi konsultatif. Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3.   Fungsi Partisipasi. Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4.   Fungsi Delegasi. Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.

5.   Fungsi Pengendalian. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut :
a.       Pengambilan keputusan
b.      Pengembangan imajinasi
c.       Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d.      Pengembangan kesetiaan para bawahan
e.       Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f.       Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g.      Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h.      Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i.        Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j.        Pertanggungjawaban semua tindakan
Fungsi pokok pimpinan ada 3 yaitu :
1.      Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya.
2.      Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin.
3.      Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

1.      Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2.      Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.
Seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yaitu :
Peran pertama :
1.      Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
2.      Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
3.      Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Peran kedua :
1.      Monitior → Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
2.      Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
3.      Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga :
1.      Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
2.      Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
3.      Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
4.      Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Kekuasaan tak luput hubungannya dengan organisasi dan kepemimpinan. Dalam suatu organisasi sebagai wadah yang memiliki struktur, dimana terdapat seorang pemimpin sebagai atasan dan orang yang dipimpin sebagai bawahannya pasti terdapat didalamnya kekuasaan serta kepemimpinan. Pada kekuasaan selalu melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih, karena kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain.
Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu. Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan. Ada 5 (lima) tipe kekuasaan, yaitu :
1.      Reward power, Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi imbalan, pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh orang lain.
2.      Coercive power, Kekuasaan ini bertipe paksaan, dan lebih memusatkan pandangan pada kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe ini banyak digunakan bawahan untuk melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
3.      Referent power, Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan yang seseorang dapat mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya.
4.      Expert power, Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diri pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan.
5.      Legitimate power, Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai kultural. Selain itu kekuasaaan memiliki beberapa sumber-sumber yaitu :
a.       kekuasaan yang bersumber pada kedudukan.
b.      kekuasaan yang bersumber pada kepribadian.
c.       kekuasaan yang bersumber pada poitik.
Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan atau paksaan guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Namun terlepas dari semua itu, tipe kepemimpinan apapun yang dipakai, yang terpenting adalah kepribadian dari seorang pemimpin itu sendiri sebagai pondasi dari suatu kekuasaan dalam kepemimpinannya. Karna kepribadian seorang pemimpin sangatlah berpengaruh terhadap gaya kepemimpinannya termasuk hubungannya dengan bawahan.
















TEORI BAKAT

Istilah tentang bakat sebenarnya sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dan pada umumnya istilah bakat ini diartikan secara luas dalam bermacam-macam tujuan. Misalnya ada seorang ibu yang berkata bahwa anaknya sangat berbakat karena melihat prestasi anaknya di sekolah. Atau pada masalah lain seseorang mengeluh bahwa ia tidak memiliki bakat pada suatu pekerjaan yang sedang ia geluti karena sering mengalami kegagalan. Pada dasarnya, setiap anak memiliki potensi dan bakat yang sudah dibawa semenjak lahir, oleh karena itu sebaiknya orang tua segera mendeteksi hal-hal seperti ini sejak dini agar secepatnya dapat menentukan cara pengembangan yang tepat untuk memaksimalkan potensi sang buah hati.
Selain itu, ada kaitan antara pembentukan konsep diri yang positif dengan pengembangan bakat anak, ada pengaruh timbal balik antara bakat dan pembentukan konsep diri. Hal ini terjadi karena kesuksesan atau prestasi seorang anak dalam suatu hal akan membantu membentuk konsep dirinya. Begitupun sebaliknya, konsep diri yang terbentuk itu, apakah positif ataupun negatif, akan sangat mempengaruhi bagaimana prestasinya dalam tingkat perkembangan anak selanjutnya. Anak yang tidak bisa mengembangkan bakatnya akan mengalami kegagalan dan ini memiliki dampak yang negatif baginya, seperti anak akan mengkonsep dirinya menjadi orang yang tidak mampu, kepercayaan dirinya akan turun, dan akibat-akibat negatif lainnya.
Bakat merupakan salah satu kajian dalam ilmu psikologi. Istilah yang dipakai dalam literatur psikologi untuk bakat adalah aptitude. Biasanya bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Pengertian lain yang senada mendefinisikan bakat sebagai suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus dapat mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Kemampuan yang dimaksud contohnya kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, kemampuan olah raga dan lain sebagainya. Potensi adalah daya yang tersedia pada seseorang yang dimungkinkan berkembang ke arah tertentu. Daya ini dibawa sejak lahir.
Orang yang memiliki suatu bakat tertentu berbeda dengan orang yang tidak memiliki bakat tersebut. Misalnya, dua orang anak dilatih bersama bermain sepak bola dengan porsi latihan yang sama. Anak yang telah memiliki bakat olahraga sepakbola akan lebih cepat mahir ketimbang anak yang tidak memiliki bakat olahraga sepakbola. Jadi kesimpulannya bakat memanglah bawaan seseorang, akan tetapi sifat bawaan itu tidak serta merta membuat seseorang ahli di bidang yang telah menjadi bakatnya. Bawaan yang dimaksud masih bersifat potensi atau daya, sehingga jika tidak dirangsang, dilatih dan dikembangkan maka bakat tersebut bisa tetap terpendam. Dan setiap anak yang lahir ke dunia pasti membawa bakatnya masing-masing. Hanya saja tiap individu tidaklah sama, karena pada prinsipnya setiap orang di dunia ini adalah unik.
Bakat merupakan interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Setiap anak lahir dengan potensi-potensi tertentu, setelah lahir ia mulai mempelajari berbagai hal. Hasil belajar ini beserta dengan rangsangan yang berasal dari lingkungan memungkinkan anak untuk mengembangkan potensi yang dibawanya sejak lahir berupa kemampuan-kemampuan khusus yang disebut bakat.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa bakat menentukan prestasi. Anak yang memiliki bakat berbahasa, misalnya, diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang bahasa. Prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.
Akan tetapi, orang yang berbakat belum tentu selalu mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain yang ikut terlibat dan menentukan sejauh mana bakat seorang anak dapat terwujud. Faktor-faktor itu sebagian ditentukan oleh keadaan lingkungan seseorang seperti kesempatan, sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, dan sebagainya.
Sebagian faktor ditentukan oleh keadaan dalam diri anak itu sendiri. Faktor internal ini berbentuk minat terhadap suatu bidang, keinginan atau motivasi untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan dan rintangan yang harus dihadapi. Sejauh mana anak dapat mencapai prestasi yang unggul, banyak bergantung kepada motivasinya untuk berprestasi, di samping bakat bawaannya.
Bakat adalah interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Bakat yang telah dibawa sejak lahir dikembangkan melalui olahan lingkungan, misalnya melalui latihan. Akan tetapi suatu bakat juga dibatasi oleh dua hal, yaitu sifat bawaan itu sendiri dan lingkungan. Bakat dibatasi oleh sifat bawaan misalnya, walaupun dilatih bagaimanapun kerasnya, seekor kera tidak akan bisa berbicara, karena keterbatasan dalam berbicara yang menjadi bawaannya. Bakat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan dengan beberapa cara, yaitu :
1.      Lingkungan bisa menekan bakat karena tidak memberinya kesempatan untuk mengembangkan bakat itu sendiri. Misalnya, seorang anak dengan bakat musik, kemampuan itu tidak akan muncul bila tidak diberikan kesempatan oleh lingkungan untuk merealisasikan bakat tersebut.
2.      Lingkungan menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk melatih atau mengulang-ulang suatu keterampilan, baik keterampilan fisik maupun keterampilan mental.
3.      Lingkungan membantu menjuruskan, mengarahkan secara khusus, misalnya keterampilan motorik, dan sebagainya.
4.      Lingkungan bisa merangsang peningkatan dorongan belajar terhadap satu keterampilan, dan menghambat dorongan belajar terhadap segi keterampilan yang lain.
Selain itu, bakat ini juga bisa muncul secara optimal tergantung pada kondisi-kondisi tertentu, seperti adanya syarat kematangan. Misalnya kematangan otot dan syaraf, anak belajar berjalan, bila pada saat otot kaki anak tersebut telah tepat matang sementara ia tidak diajarkan berjalan, maka kemampuan berjalan anak tersebut akan terhambat.
Lingkungan yang mempengaruhi pengembangan bakat dapat berupa keluarga, lingkungan sosial, lingkungan edukasi seperti sekolah. Berikut adalah hal-hal yang menyangkut lingkungan yang mempengaruhi terhambatnya perkembangan bakat anak yaitu:
1.      Faktor lingkungan
a.       Situasi rumah yang tidak atau hanya sedikit memberikan stimulasi atau rangsangan kepaada anak.
b.      Sikap orang tua yang acuh tak acuh terhadap pendidikan.
2.      Faktor kebudayaan
a.       Kurang kesempatan mendapat pengalaman kebudayaan yang merangsang perkembangan intelektual.
b.      Ketidakjelasan mengenai nilai-nilai kebudayaan, sehingga anak tidak mempunyai pegangan.
3.      Keadaan ekonomi
a.       Penghasilan keluarga yang rendah.
b.      Keluarga yang terlalu besar.
c.       Anak harus ikut mencari nafkah. Ketidak mampuan untuk membeli buku-buku atau mendapat macam-macam pengalaman di luar rumah, dan lain sebagainya.
Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jiak memperolaeh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang, yaitu :
1.      Bakat akademik khusus
2.      Bakat kreatif produktif
3.      Bakat seni
4.      Bakat Kinestik / Psikomotor
5.      Bakat sosial
Tes bakat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a.       Diagnosis. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakat seseorang sehingga akan lebih mudah memahami potensi yang ada. Dengan demikian, dapat membantu untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi testi di masa kini secara lebih cermat.
b.      Prediksi. Pada dasarnya, prediksi adalah mempertemukan potensi seseorang dengan persyaratan yang dituntut oleh lembaga sehingga dapat diperkirakan atau diprediksikan kemungkinan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam bidang tertentu di masa depan. Prediksi meliputi seleksi, penempatan dan klasifikasi
Sebagai contoh kita akan membahas tentang bakat ideation. Kamu tertarik dengan ide-ide. Apakah ide itu? Ide adalah sebuah konsep, penjelasan yang terbaik bagi semua kejadian. Kamu sangat senang ketika mendapatkan penjelasan tentang sebuah permasalahan yang kompleks bagaimana hal-hal tersebut bisa terjadi. Ide adalah hubungan. Pikiranmu selalu mencari hubungan antara fenomena-fenomena yang seakan terpisah, namun nyatanya bisa dihubungkan. Ide adalah sebuah pandangan baru terhadap tantangan yang sudah biasa terjadi.
Kamu mendapatkan kesenangan ketika kamu bisa menghadirkan sudut pandang yang berbeda tentang dunia namun mencerahkan. Kamu suka dengan ide-ide karena mereka dalam, karena mereka tidak biasa, karena mereka memberikan penjelasan, karena mereka berlawanan, dan karena mereka aneh. Karena alasan-alasan ini kamu mendapatkan lecutan energi ketika sebuah ide muncul di kepalamu. Orang lain bisa jadi menganggapmu kreatif, atau alami, atau konseptual atau bahkan pintar. Karena memang bisa jadi kamu memang memiliki semua itu. Siapa yang bisa memastikan? Yang bisa kamu yakini ialah bahwa ide itu menarik. Dan kamu merasa tercukupi dengan ide-ide itu.
Saran-saran bagi pemilik bakat Ideation sebagai berikut :
a.       Carilah karir yang idemu dihargai, seperti marketing, iklan, jurnalisme, atau desain.
b.      Kamu sepertinya menjadi cepat bosan, jadi buatlah perubahan-perubahan kecil dalam pekerjaan dan kehidupan rumahmu. Bermain mental dengan dirimu sendiri, semua ini akan membuatmu tetap bersemangat.
c.       Sempurnakan ide dan pikiranmu sebelum mengkomunikasikannya. Orang lain yang tidak memiliki bakat Ideation tidak bisa menemukan titik-titik yang kau lihat, dan hal itu bisa membuat mereka tidak tertarik.
d.      Tidak semua idemu bisa dijalankan. Belajarlah untuk mengedit ide, atau carilah teman yang bisa membuktikan bahwa idemu bisa dilaksanakan atau menemukan potensi kesalahan.
e.       Pahamilah bahan bakar bakat Ideation-mu. Kapan saat kamu mendapatkan ide yang terbaik? Apakah saat kau ngobrol dengan orang? Atau saat membaca buku?  Saat kamu mendengarkan atau mengamati? Catat kondisi-kondisi yang bisa menjadi ide-ide hebatmu dan buat ulang ide-ide itu.
f.       Jadwalkan waktu untuk membaca, karena ide dan pengalaman orang lain bisa menjadi bahan baku ide-ide baru. Berikan waktu untuk berpikir, karena berpikir membuatmu bersemangat.
g.      Bertemanlah dengan orang yang memiliki bakat Analytical. Orang ini akan mempertanyakan dan menantangmu, dan hal ini malah akan menguatkan idemu.
h.      Terkadang kau membuat orang tidak lagi tertarik karena mereka tidak bisa mengikuti gaya berpikirmu yang abstrak dan konseptual. Buatlah idemu menjadi lebih nyata dengan menggambar, gunakan analogi dan metafora, atau jelaskan konsepmu step by step.
i.        Pelihara bakat ideation-mu dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajarlah hal-hal yang di luar bidangmu. Aplikasikan ide dari luar, dan hubungkan ide-ide yang terpisah untuk membuat sesuatu yang baru.







TEORI PERILAKU

Para psikolog mengemukakan bahwa perilaku terbentuk dari adanya interaksi antara domain trikomponen sikap yakni interaktif antara komponen kognitif, afektif dan domain konatif. Namun masih terdapat kekeliruan yang menganggap komponen konatif salah satu komponen dalam trikomponent sikap sebagai perilaku, sehingga perilaku dianggap sebagai salah satu komponen sikap. Sedangkan perilaku merupakan suatu bentuk tidakan nyata dari individu yang dapat diukur dengan panca indera langsung.
Perilaku adalah suatu kegiatan dan aktifitas organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati oleh orang lain. Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau goal. Dengan adanya kebutuhan akan muncul motivasi atau penggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai tujuan dan mengalami kepuasan. Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu, pengaruh hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :
a.       Kebutuhan fisiologis atau biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2, H2O, cairan elektrolit dan makanan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi.
b.      Kebutuhan rasa aman, misalnya :
1.      Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, dan perampokan.
2.      Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, dan lain-lain.
3.      Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit.
4.      Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.

c.       Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :
1.      Mendambakan kasih sayang atau cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.
2.      Ingin dicintai atau mencintai orang lain.
3.      Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
d.      Kebutuhan harga diri, misalnya :
1.      Ingin dihargai dan menghargai orang lain.
2.      Adanya respek atau perhatian dari orang lain.
3.      Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan.
e.       Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :
1.      Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain.
2.      Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita.
3.      Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan, dan lain-lain.
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
a.   Perilaku Pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.
b.   Perilaku Aktif (respons eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.






Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain : 
1.      Persepsi, Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. 
2.      Motivasi, Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku .
3.      Emosi, Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
4.      Belajar, Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan.
Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan, yaitu :
1.      Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2.      Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.
3.      Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.      Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5.      Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.




Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan.
Teori perilaku kepemimpinan (behavioral theory of leadership)  didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan (leader aremade, nor born). Berakar pada teori behaviorisme, teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental atau internal. Menurut teori ini, orang bisa belajar untuk menjadi pemimpin, misalnya, melalui pelatihan atau observasi.
Pendekatan perilaku ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) pemimpin. Alasannya sifat seseorang sukar untuk diidentifikasi. Beberapa ahli berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari, hal ini berarti orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian, keefektifan perilaku kepemimpinan ini dipengaruhi oleh beberapa variabel. Jadi perilaku tidak mutlak menentukan keberhasilan suatu kepemimpinan. Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-macam. para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan ini, yaitu yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan yang berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented).

Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu. Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati. Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.      High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi juga.
2.      High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3.      Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan
4.      Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
Kepemimpinan yang paling fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, melaksanakan kontrol dan seterusnya. Kepemimpinan yang efektif merupakan kepemimpinan yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa referensi menemukan 6 karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam karakter tersebut antara lain:
1.      Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
2.      Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
3.      Memahami otentitas struktur organisasi.
4.      Memahami otentitas kekuatan organisasi.
5.      Memahami otentitas misi organisasi.
6.      Memahami otentitas makna organisasi.
Ciri atau karakteristik seorang pemimpin yang efektif dikelompokkan menjadi dua sifat penting, yaitu mempunyai visi dan bekerja dari sudut efektifitas mereka. Berikut ini adalah perincian sepuluh karakteristik pemimpin yang efektif :
1.      Memiliki misi.
2.      Memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan membuat misi menjadi kenyataan.
3.      Memenangi dukungan untuk visinya dengan memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai individu.
4.      Secara alami lebih terfokus untuk menjadi dari pada melakukannya.
5.      Secara alami tahu bagaimana mereka bekerja paling efisien dan efektif.
6.      Secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuan.
7.      Tidak mencoba menjadi orang lain.
8.      Secara alami mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektifitas alam.
9.      Menarik orang lain.
10.  Terus mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan yang baru.


Seorang pemimpin dalam konsepsi kepemimpinan terpilih melalui beberapa cara:
1.      Pemimpin yang terpilih dari jumlah suara terbanyak.
2.      Pemimpin yang terpilih secara langsung.
3.      Pemimpin yang diangkat, dan
4.      Pemimpin tanpa menggunakan cara-cara di atas dikarenakan tidak ada pemimpin yang definitif.
Pelatihan adalah cara yang terbaik dalam penggemblengan sosok pemimpin. Sosok yang terbaik adalah sosok yang dipilih, karena bawahan akan menerima sang pemimpin jika mereka memilihnya sebagai orang yang layak di posisi tersebut karena kemampuannya. Ia terpilih secara spontanitas tanpa harus berambisi besar dan berkopetensi dengan yang lain untuk meraih tampuk kepemimpinan. Karenanya seluruh sarana pengaruh efektif lebih bermanfaat baginya. Atas dasar itulah ia sangat peduli dengan watak dan perilakunya.
























TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
Teori Kepemimpinan kontemporer merupakan teori yang dikembangkan baru-baru ini, ada beberapa teori kontemporer dalam kepemimpinan yang dapat disampaikan disini, yaitu :
1.   Kepemimpinan Karismatik. Para pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan heroik yang luar biasa, ketika mengamati perilaku pemimpinnya.
2.   Kepemimpinan Transformasional. Pemimpin yang menginspirasi pengikutnya untuk melampau kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa bagi para pengikutnya.
3.   Kepemimpinan Visioner. Kemampuan menciptakan dan mengartikulasi visi yang realistik, kredibel dan menarik masa depan organisasi yang sedang tumbuh dan membaik dibanding saat ini.

Peran kepemimpinan kontemporer yaitu :
1.   Bersedia memimpin tim.
2.   Mentoring.
3.   Mampu memimpin diri sendiri.
Ada atau tidak adanya kepercayaan menjadi isu kepemimpinan yang sangat penting. Hal ini lebih menyangkut loyalitas dan integritas. Dalam hal ini, kepercayaan adalah pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan bertindak oportunistik Jenis kepercayaan yang sering menjadi dasar dalam kepemimpinan kontemporer dalah :
1.   Kepercayaan berbasis ketakutan, takut tindakan balasan kepercayaan itu dilanggar.
2.   Kepercayaan berbasis pengetahuan, prediktabilitas perilaku berasal dari riwayat interaksi.
3.   Kepercayaan berbasis identifikasi, rasa saling memahami atas posisi masing masing dan menghargai keinginan dan harapan orang lain.
Selain tiga jenis kepercayaan yang ada dalam kepemimpinan kontemporer ada juga lima dimensi kepercayaan yang harus diperhatikan yakni :
a.   Integritas : merujuk pada kejujuran dan kebenaran.
b.   Kompetensi : mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis interpersonal.
c.   Konsistensi : terkait dengan kehandalan dalam menangani situasi.
d.   Loyalitas : keingingan melindungi orang lain (biasanya atasan).
e.   Keterbukaan : kejujuran terhadap orang lain.
Ada beberapa kendala atau tantangan yang sering ada dalam sebuah kepemimpinan yakni jika seorang pemimpin sebagai atribusi atau pemimpin hanya merupakan atribusi yang dibuat orang tentang individu lain. Selain itu, pengganti dan penetral kepemimpinan, memustahilkan perilaku pemimpin membuat perbedaan pada hasil pengikut.
JOKOWI SEBAGAI SOSOK PEMIMPIN KONTEMPORER
Sudah lama Jokowi menjadi fenomena di negeri ini, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun bukan ahli ekonomi, Jokowi dengan program andalannya, yaitu pembenahan pasar menerjemahkan pemerataan pembangunan. Pembenahan pasar memperlihatkan bahwa Jokowi percaya basis perekonomian harus dibangun melalui pasar tradisional yang dimiliki sepenuhnya oleh rakyat. Basis harus dikuasai baik dari aspek produksi, konsumsi dan distribusi. Jika dilakukan secara kolektif, maka akan terjadi kedaulatan pasar. Program pembenahan pasar inilah yang tidak berubah, baik saat menjabat sebagai Walikota Solo maupun Gubernur DKI Jakarta. Pembenahan pasar di Solo adalah contoh konkrit yang melambungkan nama Jokowi untuk dijadikan bahan kampanye Pilgub DKI Jakarta. Prestasi inilah yang kemudian diterjemahkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Cara public speaking nya yang terkadang polos mendobrak cara-cara sistematis. Cara seperti ini yang merebut atensi media dan publik menyebutnya sebagai media darling.

Media darling sebenarnya adalah konsekuensi terapan gaya kepemimpinan tradisional Jokowi. Gaya ini mendobrak pola kepemimpinan kontemporer. Publik melihat Jokowi sebagai sosok yang jujur,adil, tegas dan merakyat dengan gaya blusukan. Blusukan yang tadinya adalah cara tradisional menjadi orisinal di tangan Jokowi. Meskipun, blusukan tidak hanya dilakukan Jokowi seorang. Tidak sedikit tokoh-tokoh melakukan hal yang sama, namun keunikan sosok Jokowi yang menjadikan sosok tersebut lekat kepadanya. Gaya tradisional, seperti blusukan bukan tidak mungkin diulangi oleh Jokowi dalam merebut atensi publik. Orisinialitas mampu digunakan oleh orang banyak, namun tidak dengan kesan yang sama.
Jokowi dengan ciri khasnya resmi maju sebagai capres. Jokowi dengan blusukan­ nya kembali mencoba memberikan wave dalam perhelatan demokrasi 2014. Pertarungan sebenarnya dimulai. Menarik untuk dicermati langkah calon-calon lain dalam menghadapi Jokowi. The game is on, kita patut mencermati, apakah wave Jokowi unggul untuk kesekian kalinya, atau justru mengalami kekalahan untuk pertama kalinya. Apapun itu, sebagai warga negara yang baik, kita wajib mengawal Pemilu dengan integritas tinggi. Pemilu wajib berjalan damai dan meminimalisir transaksional yang bersifat finansial. Kita tentunya ingin Pemilu damai, yang jauh dari korban jiwa maupun materi. Mari optimis, sambut Pemilu dan junjung tinggi integritas. Indonesia jaya !!!














KESIMPULAN

Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan atau keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.














DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2013, Kepemimpinan. https://abangagus75.wordpress.com/kepemimpinan/. (Diakses pada tanggal 06 Desember 2015).
Ali, 2014, Pengertian Fungsi dan Sejarah Kepemimpinan. http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-fungsi-dan-sejarah.html. (Diakses pada tanggal 15 September 2015).
Budi Wahyono, 2014, Fungsi Kepemimpinan. http://www.pendidikanekonomi.com/2014/08/fungsi-kepemimpinan.html. (Diakses pada tanggal 15 September 2015).
, 2015, Teori Kepemimpinan. http://ekoif.weebly.com/teori-kepemimpinan.html. (Diakses pada tanggal 15 September 2015).
Fathurrohman, 2012, Pendekatan Perilaku Kepemimpinan Behavior Leadership. https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/11/14/pendekatan-perilaku-kepemimpinan-behavior-leadership/. (Diakses pada tanggal 15 September 2015).
Satria Aji Imawan, 2015, The Wave of Jokowi. http://www.kompasiana.com/satriaimawan/the-wave-of-jokowi_54f81400a3331175618b4ab1. (Diakses pada tanggal 06 Desember 2015).
Wikipedia, 2015, Kepemimpinan. https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan. (Diakses pada tanggal 15 September 2015).


 

1 komentar:

  1. Lucky 15 - Casino - Jammy Hub
    Lucky 15. Play 영천 출장마사지 at 문경 출장안마 Casino. Casino Promotions. The casino offers 남원 출장안마 you the chance 태백 출장마사지 to earn real rewards with an array of slots, table games, 파주 출장마사지

    BalasHapus