ANALISIS PENGARUH PERILAKU DI ORGANISASI DAN
MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA ORGANISASI
Selama lebih dari puluhan tahun misteri motivasi dan
kinerja diungkap oleh para pakar psikologi untuk mencari akar masalah
terjadinya motivasi dan demotivasi di lingkungan kerja. Beberapa ahli psikologi
bahkan ada yang melakukan riset dan eksperimen untuk mengkaji terjadinya
motivasi dalam pekerjaan dan menentukanfaktor-faktor yang dapat meningkatkan
motivasi atau menurunkan motivasi individu di tempat kerja.
A.
APA ITU MOTIVASI ?
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang
berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu
kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia.
Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada
seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif
sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung
berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Dalam konteks pekerjaan, motivasi merupakan salah satu
faktor penting dalam mendorong seorang karyawan untuk bekerja. Motivasi adalah
kesediaan individu untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan
organisasi (Stephen P. Robbins, 2001). Ada tiga elemen kunci dalam motivasi
yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran
intensitas. Bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga
untuk mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan
kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan intensitas dan kualitas dari
upaya tersebut serta difokuskan pada tujuan organisasi.
Kebutuhan adalah kondisi internal yang menimbulkan
dorongan, dimana kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan tegangan yang
merangsang dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan
perilaku pencarian untuk menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata
terjadi pemenuhan kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan tegangan. Pada dasarnya,
karyawan yang termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya mengurangi
ketegangan dengan mengeluarkan upaya.
Proses motivasi yang menunjukkan kebutuhan yang tidak
terpuaskan akan meningkatkan tegangan dan memberikan dorongan pada seseorang
dan menimbulkan perilaku digambarkan sebagai berikut:
|
Kebutuhan tidak terpuaskan
|
|
Tegangan
|
|
Dorongan
|
|
Perilaku Pencarian
|
|
Pengurangan Tegangan
|
|
Kebutuhan Terpuaskan
|
Pada umumnya kinerja yang tinggi
dihubungkan dengan motivasi yang tinggi. Sebaliknya, motivasi yang rendah
dihubungkan dengan kinerja yang rendah. Kinerja seseorang kadang-kadang tidak
berhubungan dengan kompetensi yang dimiliki, karena terdapat faktor
diri dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kinerja.
Kinerja yang tinggi adalah fungsi dan interaksi antara
motivasi, kompetensi dan peluang sumber daya pendukung, sehingga kinerja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Kinerja = f ( Motivasi x Kompetensi x Kesempatan )
B. TEORI MOTIVASI
Terdapat 5 teori motivasi yang paling popular dan berpengaruh
besar dalam praktek pengembangan sumber daya manusia dalam suatu
organisasi.
1. Teori Efek Hawthorn
Penelitian oleh Elton
Mayo pada perusahaan General Electric kawasan Hawthorn di Chicago, memilki
dampak pada motivasi kelompok kerja dan sikap karyawan dalam bekerja.
Kontribusi hasil penelitian tersebut bagi perkembangan teori motivasi adalah:
· Kebutuhan dihargai sebagai manusia ternyata lebih
penting dalam meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan
dibandingkan dengan kondisi fiisik lingkungan kerja.
· Sikap karyawan dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi
baik di dalam maupun di luar lingkungan tempat kerja.
· Kelompok informal di lingkungan kerja berperan penting
dalam membentuk kebiasaan dan sikap para karyawan.
· Kerjasama kelompok tidak terjadi begitu saja, tetapi
harus direncanakan dan dikembangkan.
2. Teori Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow,
pada dasarnya karyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut:
· Kebutuhan fisiologis.
· Kebutuhan rasa aman.
· Kebutuhan social.
· Kebutuhan harga diri.
· Kebutuhan aktualisasi
diri.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut bersifat hierarkis, yaitu suatu kebutuhan akan timbul apabila
kebutuhan dasar sebelumnya telah dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis seperti
pakaian, makanan dan perumahan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut akan
digantikan dengan kebutuhan rasa aman dan seterusnya. Sehingga tingkat
kebutuhan seseorang akan berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan
hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
3. Teori X dan Y
McGregor mengemukakan
dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang bekerja yaitu teori X dan
teori Y.
Teori X menganggap
bahwa:
· Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari
kerja.
· Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar
mau bekerja dengan baik.
· Prosedur dan disiplin yang keras lebih diutamakan
dalam bekerja.
· Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja.
· Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri.
Teori Y menganggap
bahwa:
· Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan
hukuman tidak diperlukan oleh karyawan.
· Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan
organisasi jika merasa memuaskan.
· Manusia cenderung ingin belajar.
· Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan
masalah.
4. Teori Hygine dan Motivator
Menurut Herzberg,
faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan berbeda dengan faktor yang
menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut.
Faktor Hygine meliputi
:
· Kebijakan perusahaan
dan sistem administrasinya.
· Sistem pengawasan.
· Gaya kepemimpinan.
· Kondisi lingkungan
kerja.
· Hubungan antar pribadi.
· Gaji / upah.
· Status.
· Kesehatan dan
keselamatan kerja.
Faktor Motivator
meliputi :
· Pengakuan.
· Penghargaan atas
prestasi.
· Tanggungjawab yang
lebih besar.
· Pengembangan karir.
· Pengembangan diri.
· Minat terhadap
pekerjaan.
5. Teori Motivasi Berprestasi
David McClelland
menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan
target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi
berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi.
Karyawan lebih
mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan
atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan
imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan.
Ada tiga macam
kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu:
· Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation)
yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi,
umpan balik dan mengambil risiko sedang.
· Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang
meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain.
· Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang
meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima.
Dalam lingkungan
pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling berhubungan, karena setiap
karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbeda-beda.
Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah satu dari tiga faktor
kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan
dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang
lain.
C. KARAKTERISTIK MOTIVASI
BERPRETASI
McClelland seorang pakar psikologi dari Universitas
Harvard di Amerika Serikatmengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi
oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa
yang mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis
virus sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan
berafiliasi dan kebutuhan berkuasa. Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut
melalui lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai
tujuan perusahaan.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan
ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi.
Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada
diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja
keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan
sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya.
Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat
menyukai tantangan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih
tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan
berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik.
Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang
menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih
menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan
telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap
kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri
dari kegagalan.
Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi
berprestasi yang tinggi menurut McClelland adalah:
· Menyukai tanggungjawab
untuk memecahkan masalah.
· Cenderung menetapkan
target yang sulit dan berani mengambil risiko.
· Memiliki tujuan yang
jelas dan realistik.
· Memiliki rencana kerja
yang menyeluruh.
· Lebih mementingkan
umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya.
· Senang dengan tugas
yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna.
Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi
berprestasi rendah adalah:
· Bersikap apatis dan
tidak percaya diri.
· Tidak memiliki
tanggungjawab pribadi dalam bekerja.
· Bekerja tanpa rencana
dan tujuan yang jelas.
· Ragu-ragu dalam
mengambil keputusan.
· Setiap tindakan tidak
terahan dan menyimpang dari tujuan.
Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari
16.000 manajer di Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi, menengah dan rendah menunjukkan sebagai berikut :
· Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah
memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya.
Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan
memandang bawahan baik dan menyenangkan.
· Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada bawahannya.
Bagi manajer yang bermotivasi prestasi tinggi selalu memperhatikan aspek-aspek
pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan yang harus
dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima.
· Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung
menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer dengan
motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi dan
komunikasi terbuka.
· Manajer yang prestasinya tinggi lebih memperhatikan
pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya sedang lebih
memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya rendah hanya
memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi
berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang
tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan
memperoleh kinerja yang rendah.
D. TEKNIK MEMOTIVASI KERJA
Beberapa teknik untuk memotivasi kerja sebagai berikut
:
1. Teknik Pemenuhan Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan
merupakan dasar bagi perilaku kerja. Motivasi kerja akan timbul apabila kebutuhan
dipenuhi seperti dikemukakan oleh Maslow tentang hierarki kebutuhan individu
yaitu :
· Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan makan, minum,
perumahan dan seksual. Kebutuhan ini paling mendasar bagi manusia. Dalam
bekerja, maka kebutuhan karyawan yang harus dipenuhi adalah gaji / upah yang
layak.
· Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari
ancaman bahaya dan lingkungan kerja. Dalam bekerja, karyawan memerlukan
tunjangan kesehatan, asuransi dan dana pensiun.
· Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan diterima dalam
kelompok dan saling mencintai. Dalam hubungan ini, karyawan ingin diterima
keberadaanya di tempat kerja, melakukan interaksi kerja yang baik dan harmonis.
· Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati
dan dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan ini, karyawan butuh penghargaan
dan pengakuan serta tidak diperlakukan sewenang-wenang.
· Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini, karyawan perlu kesempatan
untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi.
2. Teknik Komunikasi Persuasif
Teknik komunikasi
persuasif adalah satu teknik memotivasi kerja yang dilakukan dengan cara
mempengaruhi dari luar diri. Rumus teknik komunikasi persuasif adalah ADIDAS sebagai
berikut :
· A ttention, yaitu perhatian yang
penuh
· D esire, yaitu hasrat dan
keinginan yang membara
· I interest, yaitu minat dan
kepentingan
· D esicion, yaitu keputusan yang
tepat
· A ction,
yaitu tindakan nyata
· S atisfaction,
yaitu kepuasan atas hasil yang dicapai
MENGATASI RACUN MOTIVASI
Memotivasi merupakan salah satu faktor kunci untuk
bekerja dan mencapai kinerja yang tinggi. Kegiatan memotivasi berkaitan dengan
sejauhmana komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai
tujuan perusahaan.
Karyawan yang motivasinya terhadap suatu pekerjaan
rendan atau turun akan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan penyelesaian
pekerjaannya. Karyawan tersebut termasuk orang yang kurang semangat atau
motivasi rendah. Pada dasarnya, yang membuat karyawan kehilangan motivasi atau
tidak semangat adalah situasi dan kondisi pekerjaan itu sendiri.
Tanda-tanda karyawan yang termotivasi dengan baik
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan memiliki
motivasi yang tinggi dalam melakukan tugas akan dapat diketahui dengan
mengamati karyawan dengan tanda-tanda motivasi baik adalah :
· Bersikap positif terhadap pekerjaannya
· Menunjukkan perhatian yang tulus terhadap pekerjaan
orang lain dan membantu mereka bekerja lebih baik
· Selalu menjaga kesimbangan sikap dalam berbagai
situasi
· Suka memberi motivasi kepada orang lain walaupun
kadang tidak berhasil
· Selalu berpikir positif dari suatu kejadian
Tanda-tanda karyawan yang termotivasi dengan buruk
Untuk mengetahui apakah seorang karyawan kehilangan
motivasi tidak selalu mudah karena jarang diungkapkan. Namun hal ini dapat
diketahui dari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya yang dapat diamati.
Tanda-tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja adalah :
· Tidak bersedia bekerja
sama
· Tidak mau menjadi
sukarelawan
· Selalu datang
terlambat, pulang awal dan mangkir tanpa alasan
· Memperpanjang waktu
istirahat dan bermain game dalam waktu kerja
· Tidak menepati tenggat
waktu tugas
· Tidak mengikuti standar
yang ditetapkan
· Selalu mengeluh tentang
hal sepele
· Saling menyalahkan
· Tidak mematuhi
peraturan
Cara mengatasi penurunan motivasi
Suatu hal yang perlu diperhatikan agar karyawan dan
perusahaan tidak mengalami kerugian akibat penutunan motivasi, maka kita perlu
mengatasi masalah tersebut dan mencegah dengan berupaya mengantisipasi kondisi
yang terjadi.
Beberapa pendekatan untuk mengatasi atau mengurangi
kekurangan semangat dan motivasi dalam melaksanakan pekerjaan adalah dengan
pendekatan kuratif dan pendekatan preventif.
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan kuratif atau
mengatasi adalah melihat apakah masalah yang menimbulkan pengaruh pada motivasi
penting atau tidak dalam pekerjaan.
Apabila masalahnya
tidak terlalu penting maka kita tidak perlu merasa putus asa. Tetapi bila
ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan, maka bicara secara terbuka dan
langsung dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan kesamaan persepsi
sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan atau konselor. Bila
pihak yang berwenang tidak dapat ditemui secara langsung, hubungi melalui surat
atau telepon.
2. Pendekatan Antisipatif
Karyawan sebaiknya
bekerja dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu bekerja dan jangan
terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa gelisah karena hal-hal yang
tidak berkaitan dengan pekerjaan, maka sebaiknya menenagkan diri di luar ruang
kerja dengan cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan berdoa atau yoga.
Karyawan disarankan bersikap dan berpikir positif terhadap pekerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar